Ugateway.id Dosen Universitas Muhammadiyah Kendari, Nahdatunnisa berhasil mendapat gelar doktor dari Program Doktor Teknik Sipil (PDTS) Fakultas Teknik Unissula. Ia lulus dalam waktu 2 tahun 11 bulan dengan IPK 3,95 dengan predikat cumlaude. Ia merupakan lulusan ke 16 di PDTS Unissula.
Dalam sidang terbuka doktor yang dilaksanakan Kamis (31/8/2023) di Fakultas Teknik ia mempresentasikan disertasinya berjudul optimalisasi layanan jalur pedestrian dan infrastruktur penunjang pada kawasan ruang terbuka hijau publik perkotaan. Adapun objek penelitiannya yakni pedestrian di Kota Kendari.
Menurutnya permasalahan jalur pedestrian di ruang terbuka hijau publik perkotaan tidak luput dari masalah infrastruktur. Yakni jalur pedestrian yang dibangun kurang optimal. Sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kota.
Regulasi pemerintah terkait jalur pedestrian, telah tertuang dalam Permen PU Nomor 03 tahun 2014 memberikan pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan.
Pada pedoman mengenai aksesibilitas bagi pejalan kaki. Pertama harus dapat diakses oleh semua pejalan kaki termasuk bagi yang memiliki keterbatasan fisik. Kedua, pemilihan jenis tanaman yang dapat melingkupi dan memberikan penunjuk arah. Ketiga, perabot ruang yang sesuai dan mudah dijangkau. Keempat, terdapat papan informasi dan rambu-rambu yang dapat terlihat dengan mudah. Kelima, terdapat ramp dan marka bagi penyandang disabilitas dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Di Indonesia sudah banyak kota-kota besar yang berhasil memiliki pedestrian yang ramah bagi para pejalan kaki seperti Solo, Surabaya, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta dan kota besar lainnya. Saat ini banyak kota yang sedang berupaya untuk mengembangkan jalur pedestrian dengan cakupan pelayanan yang sesuai dengan karakteristik dari masing-masing daerah tersebut.
Beberapa kota besar di Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan kenyamanan dan keselamatan bagi seluruh pejalan kaki dengan merevitalisasi jalur pedestrian. Revitalisasi jalur pedestrian menjadikan pejalan kaki sebagai arus utama (mainstream) serta mengedepankan kesetaraan bagi seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, ibu hamil, lansia, hingga para penyandang disabilitas.
Pembangunan trotoar dan revitalisasi jalur pedestrian di beberapa kota besar di Indonesia menghadirkan kenyamanan, keselamatan, dan kesetaraan bagi pejalan kaki. Kesetaraan tersebut tecermin dari tersedianya ramp (bidang miring), guiding block (paving kuning di trotoar), hingga pemuatan instalasi dan aktualisasi karya seni di ruang-ruang terbuka yang bisa dinikmati setiap warga yang berkunjung pada area jalur pedestrian dengan bebas.
Model perencanaan transportasi jalur pedestrian yang masih konvesional yang berorientasi pada kendaraan bermotor, menyebabkan kebijakan bagi pengembangan fasilitas pejalan kaki masih tetap diabaikan. Salah satu indikasinya, pengembangan kebijakannya merupakan subordinat. Dari isu lain yang lebih makro.