Lulus 2 Tahun 8 Bulan Muthia Raih Gelar Doktor Teknik 

Berita52 Views

Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Unissula, Muthia Anggraini ST MT mengikuti ujin terbuka doktor di Fakultas Teknik pada Jumat (23/5/2025). Dalam ujian tersebut ia menyampaikan disertasi berjudul penggunaan geofoam sebagai timbunan tanah lunak terhadap settlement dan perubahan level muka air pada subgrade tanah lunak.

Para penguji antara lain Dr Abdul Rochim ST MT, Prof Ir Pratikso MST PhD, Dr Ir Harnedi Maizir MT, Prof Yusep Muslih Purwana ST MT PhD, Prof Dr Ir.S Imam Wahyudi DEA, Prof Dr Ir Antonius MT, dan Prof Dr Ir Henny Pratiwi Adi ST MT.

Menurutnya permasalahan utama dari konstruksi jalan di atas tanah lunak adalah terbatasnya daya dukung sehingga biaya pembangunan, biaya pemeliharaan, maupun biaya peningkatan memerlukan biaya tinggi dan secara teknis tidak jarang mengalami kegagalan. Adapun tantangan konstruksi jalan di atas tanah lunak sangat besar, sehingga diperlukan metode yang inovatif dan ramah terhadap lingkungan. Penggunaan geofoam sebagai perbaikan tanah adalah salah satu cara yang digunakan.

Oleh karenanya ia mengusulkan geofoam untuk mengatasi persoalan tersebut. Geofoam pertama diperkenalkan pada dunia konstruksi pada tahun 1972 di Norwegia pada pembuatan jalan di tanah yang labil (Poor Soil). Indonesia juga telah menggunakan Geofoam dalam pembangunan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).

Kelebihan geofoam antara lain material ringan dengan densitas 11,2 – 45,7 kg/m³. Kuat tekan tinggi 15 – 128 kPa. Penanganannya mudah, karena berbentuk balok dan mudah dipasang. Mempersingkat waktu kerja, karena pemasangannya mudah.

Berdasarkan eksperimennya di laboratorium geofoam sebagai pengganti timbunan pada tanah lunak dapat memperkecil terjadinya penurunan tanah apabila dibandingkan dengan tanah dasar tanpa menggunakan geofoam.

Ketebalan geofoam dan tinggi level muka air berpengaruh terhadap penurunan yang terjadi semakin tebal geofoam yang digunakan dan level muka air yang semakin tinggi maka penurunan yang terjadi akan semakin kecil.

Timbunan geofoam dengan muka air tanah menghasilkan penurunan terkecil pada kondisi muka air tanah pada pelat beton dengan tebal geofoam 40 CM. hal ini terjadi karena masa geofoam lebih besar daripada air, sehingga pada saat geofoam ditekan maka air akan memberikan perlawanan dalam bentuk gaya ke atas.

Kondisi tinggi timbunan dengan geofoam yang berpotensi menyebabkan beban semakin besar sehingga dapat merusak subgrade adalah geofoam dengan tebal 20 CM menghasilkan factor aman yang kecil, yaitu pada beban maksimum 20 kn menghasilkan penurunan sebesar 1,3.

Muthia berhasil lulus dan mendapat gelar doktor dengan IPK 3,88. Masa studinya 2 tahun 8 bulan. Merupakan lulusan ke 43.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *