Fakultas Teknologi Industri (FTI) Unissula Semarang kembali menyelenggarakan acara International Short Course: Local Culture Science and Technology (2nd Locust 2024). Acara berlangsung selama lima hari mulai Kamis hingga Senin, 20-24 Juni 2024. Acara pada tahun ini mengambil tema Science and Technology in Improving Local Culture Innovation.
Penyelenggaraan Locust 2024 ini dilaksanakan secara daring diikuti 88 peserta dan berasal dari enam negara yang terdiri dari Philipina 59 peserta, Indonesia 15 peserta, Malaysia 8 peserta, Myanmar 3 peserta, Thailand 2 peserta, dan Taiwan 1 peserta. Mereka berasal dari 14 universitas.
Dalam sambutannya Dekan FTI, Dr Ir Novi Marlyana ST MT IPU ASEAN Eng menyampaikan selamat datang kepada para peserta Locust 2024 dan berharap acara ini dapat lebih mengenalkan budaya Indonesia kepada khalayak internasional. Terutama kain dan motif batik sebagai suatu warisan yang berharga bagi bangsa Indonesia.
Melalui Locust, FTI Unissula berkontribusi terhadap pengembangan ilmu dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan budaya lokal, dalam hal ini batik. Peserta juga diharapkan dapat mengikuti tahapan-tahapan acara sampai hari kelima sehingga mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari penyelenggaraan acara ini, dan bisa bergabung kembali di LOCUST pada tahun-tahun berikutnya.
Di hari pertama hadir sebagai narasumber Bella Ayu Paramitha, owner Batik Sekar Mulyo Lasem, yang menjelaskan tentang proses pembuatan batik khas Lasem Jawa Tengah. Batik tersebut memiliki berbagai macam variasi. Batik diproduksi menggunakan bahan dasar kain yang beragam, dengan teknik pewarnaan alami dan kimiawi.
“Bagi yang mempunyai kulit yang sangat sensitif terhadap bahan pewarna kimia, sebaiknya memilih jenis batik yang berbahan pewarna alami”, saran Bella. Ia menambahkan, batik akan selalu eksis di tengah gempuran desain dan mode modern, karena selalu ada inovasi dan kreasi baru batik dengan sentuhan designer-designer berpengalaman, terlebih lagi dengan mengadopsi teknologi digital dan AI.
Tampil di hari kedua, Pintya Dwanita Ayu Pratesthi SPi, owner Pratesthi Batik, Craft and Ecoprint Semarang. Pintya menyampaikan berbagai metode dalam menciptakan motif batik secara alami, salah satunya berupa teknik ecoprint, yaitu memberikan motif pada kain dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam seperti dedaunan, bunga, batang, dan akar pohon.
Teknik ecoprint dapat menggunakan teknik steam, yaitu menggunakan cara perebusan kain dan bahan alami yang bermaksud untuk mengeluarkan tekstur dan warnanya. Teknik ecoprint juga bisa menggunakan teknik ecopounding, yaitu dengan cara memukul bahan alami menggunakan palu kayu di atas permukaan kain, sehingga tekstur dan warna alaminya menempel di atas kain. Teknik ecoprint ketiga berupa rust dye, yaitu teknik pewarnaan dengan memanfaatkan noda karat yang keluar dari besi. Pada kesempatan ini peserta juga diajak bersama-sama untuk mencoba teknik ecopounding dan mempresentasikan hasilnya.
Di hari ketiga dan keempat, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan hasil dari materi short course yang diperoleh pada hari sebelumnya, dan diminta untuk mempersiapkan penampilan seni dan budaya dari masing-masing negara. Hasil diskusi dipresentasikan oleh perwakilan kelompok di hari kelima, dan dimeriahkan dengan perform peserta dari negara masing-masing.